Rice & Odegaard Menyaingi Para Legenda

seru88indonesia

Seru88 – Performa luar biasa Arsenal musim ini tak lepas dari kontribusi gemilang dua gelandang utama mereka: Declan Rice dan Martin Odegaard. Keduanya menjadi motor utama di lini tengah The Gunners dan tampil menonjol di berbagai pertandingan penting, termasuk kemenangan dramatis atas Real Madrid di ajang Liga Champions.

Menurut mantan bintang Arsenal, Ray Parlour, keduanya bahkan layak disandingkan dengan legenda-legenda Premier League. Dalam wawancara eksklusif bersama Sports Mole, Parlour membandingkan Rice dan Odegaard dengan pemain-pemain ikonik seperti Bryan Robson, Gilberto Silva, hingga Dennis Bergkamp.

Menariknya, bukan hanya dari sisi teknik, tapi juga dari sisi mentalitas dan pengaruh mereka di lapangan. Tak heran, kehadiran dua pemain ini disebut-sebut sebagai kunci Arsenal dalam memburu gelar Eropa pertama mereka.

Declan Rice: Gelandang Box-to-Box yang Menyerupai Bryan Robson

Banyak yang mengenal Declan Rice sebagai gelandang bertahan. Tapi Ray Parlour punya pandangan berbeda. Ia menyebut Rice sebagai pemain box-to-box sejati, tipe gelandang lengkap yang mampu berlari dari kotak penalti ke kotak penalti lawan.

Parlour membandingkan Rice dengan legenda Manchester United, Bryan Robson. Menurutnya, Rice punya atribut yang mirip: kuat dalam bertahan, tajam saat menyerang, dan sangat cerdas membaca permainan.

“Saya tidak suka ketika dia hanya disebut gelandang bertahan. Rice bisa lebih dari itu,” ujar Parlour. “Dia punya tenaga, visi, dan kemampuan menembak. Mirip dengan Robson.”

Robson sendiri merupakan legenda Premier League yang pernah memenangkan dua gelar liga dan tiga trofi FA Cup bersama Manchester United. Membandingkan Rice dengan sosok sebesar itu tentu bukan pujian sembarangan.

Rice membuktikan kualitasnya saat menghadapi Real Madrid. Ia mencetak dua gol dari tendangan bebas di leg pertama perempat final, sebelum menunjukkan determinasi tinggi di leg kedua untuk mematikan lini tengah Madrid. Ini menunjukkan betapa komplitnya peran Rice dalam skema Mikel Arteta.

Dari The Hammers ke Emirates: Proses Panjang Menuju Puncak

Sebelum bersinar di Arsenal, Rice adalah bintang muda di West Ham United. Selama beberapa musim, ia menunjukkan konsistensi luar biasa dan menjadi kapten tim meski usianya masih tergolong muda.

Namun, kepindahannya ke Arsenal menjadi babak baru yang menantang. Banyak yang meragukan harga mahal yang dikeluarkan The Gunners. Tapi Rice menjawab semua keraguan itu dengan performa luar biasa sejak awal musim.

Menurut Parlour, proses transfer Rice ke Arsenal juga cukup rumit. Ia bahkan sempat menanyakan langsung kepada Mark Noble—sahabatnya sekaligus Direktur Olahraga West Ham—tentang kemungkinan Rice pindah ke Emirates.

“Saya selalu tanya ke Mark, ‘Rice ke mana? Bisa ke Arsenal nggak?’ dan dia cuma jawab, ‘Mungkin Arsenal nggak sanggup beli,'” kenang Parlour sambil tertawa. Tapi akhirnya transfer itu terjadi, dan hasilnya sejauh ini sangat memuaskan bagi kedua pihak.

Rice dan Invincibles: Apakah Ia Sepadan dengan Gilberto Silva dan Vieira?

Ray Parlour tidak bisa melupakan masa keemasan Arsenal saat menjadi juara Premier League tanpa terkalahkan musim 2003-04. Di musim itu, ia bermain bersama dua gelandang legendaris: Patrick Vieira dan Gilberto Silva.

Menurutnya, Declan Rice punya kualitas yang bisa disejajarkan dengan keduanya. “Gilberto itu tembok tak terlihat. Nggak banyak pemain yang bisa ngelewatin dia,” ujar Parlour. “Rice punya potensi yang mirip.”

Selain Silva, Parlour juga menyebut nama Emmanuel Petit, yang sempat berduet dengan Vieira pada musim 1997-98 dan mempersembahkan gelar Premier League serta FA Cup.

Rice dinilai memiliki perpaduan kekuatan fisik, kecerdasan taktik, dan naluri menyerang yang bisa membuatnya sejajar dengan nama-nama tersebut. Apalagi jika Arsenal mampu menjuarai Liga Champions musim ini, maka statusnya sebagai salah satu gelandang terbaik klub akan semakin kuat.

Martin Odegaard: Sang Arsitek Serangan yang Bermain seperti Bergkamp

Sementara Rice menonjol dalam duel fisik dan pertahanan, Martin Odegaard bersinar lewat visi dan kreativitasnya. Gelandang asal Norwegia ini memainkan peran vital dalam menjaga alur serangan Arsenal tetap hidup, terutama di sepertiga akhir lapangan.

Ray Parlour bahkan menyebut Odegaard sebagai penerus peran Dennis Bergkamp. Meski bukan striker, Bergkamp dikenal sebagai otak serangan The Gunners pada era 1990-an hingga awal 2000-an.

“Odegaard itu main di ruang-ruang sempit, seperti yang dilakukan Bergkamp. Dia tahu kapan harus mengumpan, kapan harus menggiring bola,” kata Parlour.

Satu hal yang membuat Odegaard semakin berbahaya adalah kolaborasinya dengan Bukayo Saka. Keduanya sering terlihat membangun kombinasi dalam bentuk segitiga kecil, yang sangat sulit dihentikan lawan. Mereka tahu posisi satu sama lain dan mampu menciptakan peluang dalam ruang sempit.

Cedera yang Menghambat, Tapi Tak Menurunkan Kualitas

Awal musim 2024-25 sempat menjadi tantangan bagi Odegaard. Ia mengalami cedera pergelangan kaki saat membela timnas Norwegia pada bulan September. Cedera ini membuatnya absen di beberapa laga penting awal musim.

Namun, begitu pulih, Odegaard langsung kembali menunjukkan kualitasnya. Peran playmaker yang diembannya langsung terasa, dengan Arsenal kembali meraih kemenangan demi kemenangan.

Dengan usia yang masih 26 tahun, Odegaard diyakini akan terus menjadi tulang punggung Arsenal untuk beberapa musim ke depan. Apalagi, ia sudah menjadi kapten tim sejak musim lalu.

Duet Maut di Lini Tengah: Kombinasi Rice dan Odegaard yang Saling Melengkapi

Yang menarik, meskipun memiliki karakter permainan yang berbeda, Declan Rice dan Martin Odegaard justru membentuk pasangan yang saling melengkapi di lini tengah. Rice menjadi tembok kokoh dan pelari tanpa lelah, sementara Odegaard menjadi kreator dan pengatur tempo.

Kolaborasi keduanya sangat terlihat dalam kemenangan 5-1 atas Real Madrid di babak perempat final Liga Champions. Rice mencetak dua gol di leg pertama dan menjaga stabilitas lini tengah di leg kedua. Sementara Odegaard menjadi pemain yang membantu menjaga tekanan konstan di wilayah lawan.

Duet ini membuat Arsenal punya keseimbangan ideal antara bertahan dan menyerang. Tak heran jika banyak pengamat menilai bahwa keduanya adalah alasan utama Arsenal mampu bersaing di level tertinggi Eropa musim ini.

Peluang Arsenal Menjuarai Liga Champions: Misi Besar

Musim ini, Arsenal telah mencapai semifinal Liga Champions—sesuatu yang terakhir mereka capai lebih dari satu dekade lalu. Banyak pihak yakin bahwa musim ini bisa menjadi momen bersejarah bagi The Gunners.

Jika berhasil meraih gelar, maka Rice dan Odegaard akan tercatat dalam sejarah sebagai gelandang yang membawa Arsenal meraih kejayaan Eropa untuk pertama kalinya. Itu bukan hanya mimpi, tetapi target yang realistis dengan melihat performa mereka sejauh ini.

Parlour pun menyebut bahwa jika Arsenal menang, maka status Rice dan Odegaard sebagai legenda klub tak bisa disangkal lagi. “Kalau mereka bisa angkat trofi, mereka akan berada di level yang sama dengan para legenda seperti Vieira, Gilberto, atau Bergkamp,” ujarnya.

Kesimpulan: Masa Depan Arsenal di Tangan Dua Maestro Lini Tengah

Declan Rice dan Martin Odegaard bukan hanya dua pemain penting di skuad Arsenal. Mereka adalah simbol era baru di bawah kepemimpinan Mikel Arteta. Keduanya telah membuktikan diri sebagai pemain kelas dunia dan terus berkembang setiap pekan.

Rice menunjukkan bahwa ia lebih dari sekadar gelandang bertahan. Ia adalah pemimpin di lapangan, inspirasi bagi rekan-rekannya, dan ancaman nyata bagi lawan. Sementara Odegaard menjadi maestro yang mengatur ritme permainan dan menciptakan keajaiban dari ruang sempit.

Jika Arsenal bisa menjaga performa mereka, bukan tak mungkin era dominasi baru akan ada. Dan duet Rice-Odegaard akan tercatat sebagai fondasi utama dari semua itu.

Also Read

Tags

Tinggalkan komentar