George Foreman mencatatkan dirinya sebagai salah satu petinju kelas berat paling tangguh dan ditakuti sepanjang sejarah. Kehidupan dan karier tinjunya terbagi menjadi dua fase yang jelas, di mana ia berhasil meraih gelar juara dunia kelas berat pada kedua periode tersebut. Foreman meninggal pada usia 76 tahun akhir pekan ini.
Foreman membuat sejarah dengan kembali ke atas ring setelah 10 tahun absen, sebuah pencapaian yang sama luar biasanya dengan keberhasilannya meraih medali emas Olimpiade pada 1968 dan gelar kelas berat dunia pertamanya pada 1973. Ia menghadapi segala rintangan dan bahkan menghasilkan jutaan dolar dari mesin pemanggangnya yang ikonik. Sungguh, ia menjalani kehidupan yang penuh prestasi.
Sebagai petinju profesional, Foreman mengikuti 81 pertarungan, kalah lima kali, dan mengalahkan 68 dari 76 lawannya. Ia tumbuh sebagai anak jalanan dari Fifth Ward, Houston, yang seharusnya berakhir di penjara atau kalah dalam tinju. Namun, ia berhasil masuk tim AS untuk Olimpiade Mexico City dan memenangkan medali emas. Foreman mengaku bahwa olahraga tinju menyelamatkan hidupnya. Big George memahami betul makna penebusan dosa.
BACA JUGA: Oscar Piastri Sukses Meraih Pole Position Pertama Dalam Kariernya
KARIER PROFESIONAL
Setelah Olimpiade Mexico City, Foreman memulai karier profesionalnya dan segera menebar teror di atas ring. Sulit bagi penggemar tinju modern untuk memahami betapa menakutkannya Foreman saat itu. Ia dikenal sebagai petinju pemarah, kejam, dan bertubuh besar. Ia sering terlihat dengan anjing-anjing besar, mengenakan pakaian kulit dan celana jins, serta menggeram ke setiap kamera yang mengarah padanya. Ia bagaikan Malaikat Neraka dalam dunia tinju, menebar ketakutan di hati lawan-lawannya.
Foreman mempertahankan rekor tak terkalahkan dalam 37 ronde sebelum akhirnya menghadapi juara kelas berat, Joe Frazier, pada 1973. Pertarungan yang mempunyai julukan “Sunshine Showdown” itu berlangsung di Jamaika dan berakhir dengan kekalahan telak Frazier. Frazier jatuh ke kanvas enam kali dan menyerah dalam dua ronde. Don King, yang kemudian menjadi promotor Foreman, bahkan mengganti sisi selama pertarungan tersebut.
Foreman mengubah dunia tinju dengan kehancuran yang ia bawa. Ia juga punya julukan binatang buas dan tidak pernah berusaha meyakinkan orang lain bahwa ia bukanlah monster. Karakter George yang ramah dan suka berpelukan baru muncul beberapa tahun kemudian.
Dua kali Foreman mempertahankan gelar juara kelas beratnya dengan cara yang begitu brutal sehingga pertarungan itu seolah hanya pantas ditonton oleh orang dewasa. Ken Norton dan Jose Roman hanya bertahan selama 420 detik sebelum hancur berkeping-keping. Tidak ada petinju seperti Foreman di atas ring.
KHAWATIR
Ketika “Rumble in the Jungle” digelar, banyak orang khawatir akan keselamatan Muhammad Ali. Sebuah surat kabar Inggris bahkan memuat rute ambulans yang akan membawa Ali dari stadion ke rumah sakit. Foreman menjadi favorit besar, tetapi Ali mempersiapkan diri dengan cermat untuk menghadapi kelelahan Foreman. Kejeniusan Ali membuatnya mengalahkan petinju paling berbahaya saat itu. Meski kalah, Foreman terus mengejar pertandingan ulang.
Hanya dalam dua tahun setelah enam pertarungan, Foreman memutuskan untuk meninggalkan dunia tinju. Saat itu, usianya baru 28 tahun, dan ia hanya kalah dua kali dalam 47 pertarungan. Setelah kalah pada 1977, Foreman mengalami pencerahan dan menghabiskan 10 tahun berikutnya untuk berkhotbah dan bertobat. Kepergiannya yang tiba-tiba mengejutkan banyak orang, tetapi kembalinya ke atas ring pada 1987 bahkan lebih mengejutkan lagi. Foreman menjadi simbol kisah nyata tentang hal-hal yang ekstrem.
Banyak perdebatan muncul tentang kembalinya Foreman ke atas ring. Meski awalnya menghadapi lawan-lawan yang banyak beranggapan mudah, kualitas lawannya semakin meningkat seiring waktu.
Impian Foreman untuk kembali menjadi juara kelas berat dunia mulai terlihat di cakrawala. Ia menjadi veteran yang dicintai semua orang, seolah monster di dalam dirinya telah berhasil dijinakkan.
Foreman terus menang dan mengalahkan beberapa petarung hebat, termasuk Gerry Cooney dan Bert Cooper, yang ia kalahkan dalam dua ronde. Pada 1991, setelah meraih 24 kemenangan dengan 23 KO, Foreman kalah dalam pertarungan gelar kelas berat dunia melawan Evander Holyfield. Dua tahun kemudian, ia kembali kalah dalam pertarungan gelar melawan Tommy Morrison. Namun, Foreman tidak pernah berhenti percaya bahwa ia semakin dekat dengan mimpinya.
View this post on Instagram