Kevin De Bruyne: Legenda Manchester City yang Tak Tergantikan

seru88indonesia

Kevin De Bruyne tiba di Manchester City sebagai pemain termahal mereka dan akan pergi sebagai yang terhebat sepanjang masa.

Kevin De Bruyne tiba di Manchester City sebagai pemain termahal mereka dan akan pergi sebagai yang terhebat sepanjang masa. “Setiap cerita akan berakhir,” ujarnya saat mengumumkan kepergiannya musim panas ini. Bab penutup memang sudah lama terlihat jelas. Manchester, katanya, akan selalu menempati hati keluarganya, dan sosoknya akan terus menghiasi Etihad Stadium—mungkin bahkan dalam bentuk patung perunggu.

Lawan-lawan bisa memandang patung itu dengan kagum, lega bahwa pertahanan mereka tak lagi harus menghadapi kejeniusannya. Pep Guardiola menegaskan betapa produktifnya sang maestro saat merespons keputusan De Bruyne. “Saya baca hari ini bahwa ia terlibat dalam 280 gol dan assist,” ungkapnya.

CATATAN

Angkanya bahkan lebih fantastis. Dalam satu dekade, De Bruyne mencetak 106 gol dan menciptakan 176 assist untuk City. Ia datang setahun sebelum Guardiola, tetapi tak ada pemain yang menyumbang lebih banyak gol untuk tim Catalan itu selain dirinya—161 gol.

De Bruyne memantapkan diri sebagai kreator terbaik Liga Primer Inggris. Ia menyamai rekor Thierry Henry dengan 20 assist dalam satu musim dan mencatatkan empat musim dengan minimal 16 assist. Ia hanya kalah dari Ryan Giggs dalam daftar assist sepanjang masa, meski pemain Wales itu bermain 12 musim lebih lama.

Ia mencapai 100 assist dalam 56 pertandingan lebih cepat dari siapa pun. Ia menghancurkan lawan dengan serangan balik, mengiris pertahanan dari sisi kanan dalam. Tak perlu melewati pemain atau mencapai garis byline—ia cukup mengirim umpan mematikan seperti Beckham: silang sempurna, tendangan sudut, atau tendangan bebas dengan akurasi tak terbendung.

BACA JUGA: Max Verstappen Raih Pole Position di GP Jepang

KUALITAS

Guardiola menekankan bahwa De Bruyne menggabungkan kualitas dan konsistensi, sampai cedera menghampiri. Final Liga Champions 2023, yang mengantarkan treble, menjadi awal dari akhir—cedera hamstring di Istanbul memicu serangkaain absennya.

Namun, musim itu ia masih mencetak 29 assist, angka yang sama fantastisnya dengan 52 gol Erling Haaland. Jika keduanya saling terikat—dan Haaland pasti paling merindukannya—De Bruyne-lah aktor kunci kemenangan City atas Arsenal dalam perburuan gelar.

Ia jarang terlihat tergoda oleh penghargaan individu. Dua kali meraih Pemain Terbaik PFA, ia bisa saja mendapat lebih banyak seandainya bukan karena Mohamed Salah dan Haaland. Namun, medali dari periode tersukses City sudah cukup sebagai bukti kehebatannya.

*”Dia memberi kita kerendahan hati dan pengaruh besar dalam kesuksesan terakhir ini,” puji Guardiola. “Mustahil membayangkannya tanpa dia.” De Bruyne memang kurang beruntung di dua final Liga Champions karena cedera, tetapi ia selalu bersinar di momen-momen besar lainnya.

Ia juga membawa karisma ke skuad City. Kritik terhadap Guardiola sering menyebut timnya terlalu “robotik”, tapi De Bruyne adalah seniman dalam formasi terstruktur—perpaduan visi Beckham dan daya ledak Gerrard.

Ia pria biasa dengan kejeniusan di kaki kanannya. Tak mirip atlet—apalagi saat wajahnya memerah—ia justru jadi antitesis David Silva dan Bernardo Silva, yang lebih memilih presisi ketimbang spektakel. De Bruyne? Ia mencoba hal-hal luar biasa, dan sering berhasil.

MOMEN TERBAIK

Salah satu momen terbaiknya terjadi di kemenangan 7-0 atas RB Leipzig (2023)—pertandingan yang lebih diingat karena lima gol Haaland. Guardiola sebelumnya berujar, “De Bruyne terbaik saat melakukan hal sederhana.” Malam itu, ia membuka dengan umpan luar kaki kanan yang meluluhlantakkan pertahanan Leipzig, lalu menghajar mistar dari jarak 20 yard, sebelum mengunci aksinya dengan tendangan melengkung ke sudut atas. “Hal sederhana?” Mungkin hanya bagi De Bruyne.

Ia gelandang Guardiola yang paling tidak “Guardiola-esque”—tak terlalu peduli persentase umpan akurat, tapi paling mematikan di sepertiga akhir lapangan. “Assist, gol, visinya—sulit dicari penggantinya. Yang ia lakukan selama satu dekade ini luar biasa,”* ujar sang pelatih.

Dan itulah masalah dengan pemain unik: mereka tak tergantikan. Tak ada gunanya mencari “De Bruyne berikutnya”—karena tak akan ada.

“Ia salah satu pemain terhebat yang pernah kita lihat,” kata Guardiola, yang kini harus merancang masa depan tanpa dirinya. City telah melepas legenda seperti Silva, Agüero, Touré, dan Kompany. Ada juga generasi emas Bell dan Lee, serta Haaland yang bisa saja menjadi nomor satu berkat gol-golnya. Tapi jika Haaland adalah mesin penghancur, De Bruyne adalah penyihir. Dan itu membuatnya istimewa.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Bolanet24 (@bolanet24)

Also Read

Tinggalkan komentar