Seru88 – Eks Direktur Teknis Federasi Sepak Bola Malaysoa (FAM), Peter de Roo, resmi ditunjuk menjadi pelatih Persis Solo. Kepastian itu diumumkan, Jumat (27/6/2025) malam.
Peter de Roo sebelumnya menangani tim Liga Singapura, Balestier Khals sejak September 2022. Dia awalnya berstatus carateker lalu diangkat menjadi pelatih kepala.
Peter de Roo total memimpin Balestier Khals dalam 75 pertandingan dengan torehan 31 kemenangan, 8 imbang, dan 36 kekalahan.
“Officially part of Sambernyawa. Welkom Peter de Roo,” demikian tulis Persis.
Pria asal Belanda itu digaet Persis untuk mengisi posisi yang ditinggalkan Ong Kim Swee. Dia kini merapat ke Persik Kediri.
Sudah dipelajari Persis
Peter de Roo mengaku sudah menggali informasi tentang Persis. Dia berharap bisa membawa tim berjulukan Laskar Sambernyawa ini menjadi ditakuti di Liga 1 2025/2026.
Persis sebelumnya menutup Liga 1 2024/2025 di urutan ke-14 klasemen.
“Senang sekali telah bergabung dengan Persis. Saya telah melihat para penggemar dan membaca banyak hal tentang klub ini,” ujar pria berusia 55 tahun itu di laman Persis.
“Saya pikir, ada potensi yang besar dan saya tidak sabar untuk memulai dan membangun tim yang akan membuat para pendukung kami bangga menjadi bagian di dalamnya.”
“Bermain sepakbola yang menarik dan bermain tanpa rasa takut, terlepas dari siapapun lawan kita.”
“Setelah bekerja di berbagai lingkungan sepakbola seperti Belanda, Australia, Malaysia, dan Singapura, saya melihat perbedaan dan persamaan saat membandingkannya dengan sepakbola di Indonesia,” tuturnya.
Kultur sepak Indonesia Indonesia
Diakui Peter de Roo, Indonesia adalah negara yang gila sepak bola. Dia kini tidak sabar untuk bisa merasakan suasananya langsung.
“Perbedaan lainnya adalah tekanan dan atmosfer. Di Indonesia, budaya suporter di sini sangat intens, dan sangat emosional. Hal itu menciptakan tantangan sekaligus peluang,” kata eks pemain SC Veendam.
“Di Singapura atau Malaysia, keterlibatan penggemar sangat antusias tetapi sering kali lebih terkendali.”
“Tekanan di sini dapat mendorong pemain untuk tampil maksimal, tetapi itu juga berarti kita sebagai pelatih perlu mengelola kekuatan mental dan konsistensi dengan lebih berhati-hati,” tutupnya.