Derby Manchester: Pertemuan Dua Raksasa yang Sedang Terseok

seru88indonesia

Selamat datang di Manchester, kota yang sudah tidak terlalu menarik untuk menonton sepak bola karena dua klub yang ada tengah terseok.

Selamat datang di Manchester, kota yang sudah tidak terlalu menarik untuk menonton sepak bola karena dua klub yang ada tengah terseok. “Ini, tanpa ragu lagi, akan menjadi ibu kota sepak bola global di sisa abad ke-21,” ujar Wali Kota Andy Burnham tahun lalu.

Prediksi pendukung Everton itu mungkin terbukti benar, terutama dengan rencana pembangunan Old Trafford baru dan perluasan Etihad Stadium. Tapi bukan sekarang.

Jika Madrid berhak menyandang gelar ibu kota sepak bola dunia beberapa tahun terakhir, Manchester bisa mengklaim diri sebagai pusat sepak bola Inggris. Sekitar 21 dari 32 gelar Liga Primer mendarat di kota ini, mulai dari era dominasi Manchester United yang kemudian diteruskan oleh supremasi Manchester City. Kedua klub bahkan dua kali bentrok di final Piala FA (2023 dan 2024) di London. Sejak era Liga Primer dimulai, United dan City mengoleksi 64 trofi bersama.

Angka itu bisa mencapai 66 dalam 33 tahun—melebihi rata-rata dua trofi per tahun—setelah City mengalahkan United di Community Shield Agustus lalu. Kini, City menjadi favorit Piala FA, sementara United satu-satunya tim yang belum terkalahkan di Liga Europa. Namun, derby Minggu ini berpotensi menjadi yang terendah kualitasnya dalam beberapa dekade. Ini adalah laga tim peringkat 13 vs kelima—bahkan bisa lebih buruk jika United terlempar ke posisi 14 atau 15 sebelum kick-off. Ada kemungkinan—entah karena 115 (atau 130) tuduhan finansial terhadap City atau sekadar performa buruk—Manchester takkan memiliki wakil di Liga Champions musim depan. Terakhir kali itu terjadi: 1995-96.

BUKAN DUEL PUNCAK

Ini bukan lagi duel puncak, melainkan pertarungan menentukan posisi tengah klasemen. Derby kali ini lebih berarti bagi City; biasanya di fase ini, mereka tak perlu khawatir tentang finis di lima besar. United justru berada dalam situasi tak biasa. Tak banyak yang bisa diperjuangkan selain kebanggaan lokal. Lalu juga persiapan menghadapi Lyon di Liga Europa, dan upaya membangun fondasi untuk musim depan di bawah Ruben Amorim.

Jika dihitung dari total peringkat liga (13 + 5 = 18), ini bahkan bukan laga terbesar akhir pekan ini—kalah dari Fulham vs Liverpool dan Chelsea vs Brentford. Aston Villa vs Nottingham Forest mungkin lebih menarik, sesuatu yang tak terbayangkan di era Ron Saunders dan Brian Clough.

Dua Tim yang Tak Lagi Perkasa

United dan City akan bertemu di Old Trafford dengan kondisi tak ideal. City datang tanpa dua pilar utama: Erling Haaland dan Rodri—satu-satunya duo di skuad Pep Guardiola yang masih berkelas dunia. Banyak pemain yang disebut Guardiola sebagai “legenda” pekan lalu justru berisiko duduk di bangku cadang—entah karena usia, performa, atau masalah seleksi. Kevin De Bruyne, Bernardo Silva, Ilkay Gündoğan, dan Phil Foden mungkin absen.

Sementara itu, United—yang telah menghabiskan £600 juta dalam tiga tahun terakhir (£1,6 miliar sejak era Sir Alex berakhir)—hanya mengandalkan Bruno Fernandes sebagai satu-satunya bintang elit. Pemilik baru Sir Jim Ratcliffe pernah berambisi “menggeser City”, tapi kini malah Nottingham Forest—yang mengalahkan kedua klub Manchester bulan lalu—yang mungkin lebih dekat mencapainya. “Kami harus menghadapi banyak kesulitan dan tim besar, lebih banyak dari sebelumnya,” kata Amorim. “Bukan hanya City, tapi tim lain yang sudah jauh di depan.”

Masa Suram Sementara?

City, yang biasanya tak tergoyahkan, kini tersalip sementara oleh rival-rivalnya. Harapan awal musim adalah derby ini mempertemukan tim pertama vs keempat. “Ini seharusnya duel dua tim hebat yang berebut gelar,” kata Amorim pada Desember lalu. Tapi akankah itu terulang? Atau ini hanya musim buruk sekali seumur hidup?

United punya banyak slogan—”Project 150″, “Mission 21″—tapi kini menghadapi kesulitan finansial. City setidaknya masih bisa membelanjakan £170 juta pada Januari dan berpeluang melakukan investasi besar musim panas nanti. Ada lebih banyak alasan untuk percaya mereka akan bangkit, sementara Amorim mengaku realistis: “Saya tidak bilang kami akan juara tahun depan—saya tidak gila.”

Ia juga menambahkan: “Saya pikir kami punya masalah lebih besar daripada City.” Jika maksudnya United harus fokus memperbaiki diri sebelum memikirkan tetangga, itu benar. Setidaknya, United pernah mempermalukan City dengan kemenangan telak di Etihad Desember lalu.

Tapi pertandingan ulang ini datang di saat rekor kandang United buruk dan catatan tandang City payah. Musim ini berpotensi menjadi terburuk United sejak 1989-90 (bahkan 1973-74, musim degradasi mereka), dan **terjelek City sejak 2008-09**.

Dulu Epik, Kini Suram

Ada masa ketika dunia sepak bola menanti derby Manchester—4-3 yang epik (2009), 6-1 yang mengejutkan (2011), penentuan gelar (2012), duel Guardiola vs Mourinho, hingga final dan semifinal Piala FA.

Sekarang? Persiapan laga Minggu ini justru mendapat kabar sedih karena pengumuman kepergian De Bruyne. Pemain Belgia itu luar biasa. Tapi tim City sendiri sudah jauh dari kata hebat belakangan ini. Dan United—yang harus menengok klasemen untuk melihat lima tim dari London di atas mereka—bahkan lebih mengenaskan.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Bolanet24 (@bolanet24)

Also Read

Tags

Tinggalkan komentar