John Stones : Dari Everton Menuju Mimpi di Etihad
Seru88 – John Stones memulai karier profesionalnya di Barnsley, namun namanya benar-benar mencuat saat bergabung dengan Everton pada tahun 2013. Saat itu, Stones digadang-gadang sebagai bek masa depan Inggris. Kemampuannya dalam membaca permainan dan kenyamanan saat menguasai bola membuatnya menarik perhatian banyak klub besar.
Manchester City akhirnya merekrutnya pada tahun 2016 dengan harga sekitar £47,5 juta, menjadikannya salah satu bek termahal Inggris pada masa itu. Di bawah asuhan Pep Guardiola, Stones berkembang bukan hanya sebagai bek konvensional, tetapi juga sebagai pengatur serangan dari lini belakang.
Namun, mimpi di Etihad tidak selalu berjalan mulus. Seiring waktu, kebugarannya mulai menjadi sorotan. Cedera demi cedera mengganggu ritme permainannya. Meski begitu, dalam beberapa musim, ia tetap menjadi bagian integral dari tim yang mendominasi Liga Inggris.
Perjalanan di Manchester City – Antara Prestasi dan Kerapuhan
Selama hampir sembilan tahun berseragam Manchester City, Stones telah memenangkan enam gelar Liga Primer, empat Piala Liga, dan satu trofi Liga Champions. Puncaknya adalah saat City meraih treble pada musim 2022–23, dengan Stones tampil brilian dalam formasi hybrid yang menggabungkan peran sebagai gelandang saat membangun serangan.
Namun, statistik juga mencatat bahwa Stones tak pernah mencatat lebih dari 23 penampilan liga dalam satu musim sejak tahun pertamanya. Cedera kaki, paha, dan hamstring datang silih berganti. Musim 2024–25 menjadi musim terburuknya: ia hanya tampil enam kali di liga.
Puncaknya, ia mengalami cedera paha serius pada laga Liga Champions melawan Real Madrid di Februari 2025. Sejak saat itu, Stones tak pernah lagi tampil di lapangan dan hanya bisa menyaksikan rekan-rekannya bertarung di Club World Cup.
Musim 2024–25, Musim yang Penuh Kegelapan
Stones sendiri menyebut masa pemulihan cedera terakhirnya sebagai “hari-hari tergelap” dalam kariernya. Ia berlatih sendirian, jauh dari sorotan pertandingan, mencoba membangun kembali kekuatannya. Ketika rekan-rekannya bertanding di final Club World Cup, ia hanya bisa menonton dari bangku cadangan.
Kondisi mentalnya pun diuji. Sebagai pemain yang sebelumnya sangat diandalkan Guardiola, kini ia merasa kehilangan tempatnya. Namun ia tetap menunjukkan loyalitas. Dalam berbagai kesempatan, Stones menegaskan bahwa ia tak berniat meninggalkan klub musim panas ini. Baginya, City masih rumah.
Namun, kenyataan di balik layar klub berkata lain. Steven McInerney, jurnalis dan pakar Manchester City dari kanal Esteemed Kompany, menyatakan bahwa City akan melepas Stones dalam sekejap jika ada tawaran masuk.
Dilema Manchester City dan Agenda Transfer yang Kian Tegas
Menurut McInerney, keputusan City bukan karena kualitas Stones yang menurun. Sebaliknya, dia menyebut Stones sebagai bek dengan kemampuan luar biasa. Bahkan jika tak didera cedera, Stones mungkin bisa jadi bek terbaik yang pernah dimiliki City.
Namun, klub kini mengedepankan efisiensi. Stones menerima gaji lebih dari £250.000 per pekan, atau sekitar £10 juta per tahun. Dengan kontribusi yang minim karena cedera, City menilai bahwa mempertahankannya bukan keputusan bijak. Apalagi mereka memiliki stok bek tengah yang berlimpah.
Guardiola sendiri dalam beberapa wawancara menyatakan tak ingin membawa pemain yang tak tersedia untuk bertanding. Ia ingin skuad yang ramping namun efektif. Stones—dengan riwayat cedera panjang—jadi kandidat utama untuk dilepas.
Reaksi John Stones dan Lingkar Dalamnya
Stones sendiri tampaknya belum menyerah. Ia percaya bisa kembali fit dan siap bersaing di musim baru. Namun, agennya mulai membuka komunikasi dengan beberapa klub, termasuk mantan klubnya, Everton.
Kendala utama? Gaji. Klub-klub peminat seperti Everton, Newcastle, atau bahkan tim luar Inggris, harus siap menanggung gaji besar atau meminta Stones menurunkan tuntutannya.
Stones disebut sebagai pribadi yang sangat profesional. Ia tidak mempersulit klub, tapi juga tak ingin pergi hanya demi pindah. Baginya, pindah harus berarti dan memungkinkan dia bermain reguler.
Pandangan dari Luar, Siapa yang Mau Ambil Risiko?
Di tengah ketidakpastian ini, pertanyaannya adalah: siapa yang mau mengambil risiko?
Everton? Mungkin. Tapi mereka punya masalah finansial. Klub-klub seperti West Ham atau Aston Villa juga disebut-sebut, namun belum ada pendekatan serius.
Di luar Inggris, beberapa klub Serie A dan La Liga memonitor situasi Stones. Mereka tahu kualitasnya. Tapi semua ragu karena cedera dan biaya.
Masa Depan yang Belum Tentu Haruskah Berpisah Sekarang?
Jika City benar-benar melepasnya, maka itu bukan karena mereka tidak menghormati Stones. Ini soal efisiensi skuad dan proyek jangka panjang.
Dengan munculnya Gvardiol, Khusanov, Vitor Reis, hingga Akanji dan Ake, posisi Stones memang makin sempit. Dua pemain harus dilepas. Dan karena Ake masih bisa bermain di kiri, Stones lebih mungkin dilepas.
Apakah keputusan ini menyakitkan? Tentu. Tapi inilah dunia sepak bola modern.
Dalam hati, City tetap menghargai apa yang telah diberikan Stones. Namun saat Guardiola membangun masa depan, sentimentalisme harus disingkirkan.** Sentimen tak bisa jadi alasan mempertahankan pemain yang jarang tersedia**.
Sebuah Akhir yang Terhormat atau Perjuangan Terakhir?
Kini, semua mata tertuju pada bursa transfer musim panas. Apakah Stones akan menemukan klub baru? Atau ia akan bertahan dan mencoba satu musim terakhirnya dengan penuh determinasi?
Apa pun hasil akhirnya, perjalanan Stones bersama Manchester City akan selalu dikenang. Ia adalah bagian dari sejarah emas klub, seorang bek dengan kemampuan elite, dan pribadi yang profesional.
Jika pun harus berpisah, semoga itu menjadi perpisahan yang terhormat—bukan karena performa buruk, tapi karena kebutuhan tim yang berubah.