Saat itu awal tahun 2010 di Italia utara., babak sistem gugur Liga Champions sedang berlangsung, dan Inter Milan bersiap untuk bertandang ke Stamford Bridge dengan keunggulan satu gol pada leg pertama setelah menang 2-1 di San Siro beberapa minggu sebelumnya.
Manajer Inter, Jose Mourinho, harus memikirkan cara mempertahankan keunggulan tipis itu melawan mantan klubnya. Setelah memenangi Liga Champions bersama Porto pada 2004, kesuksesan Mourinho di Eropa hampir terulang, terutama saat ia membawa Chelsea ke semifinal pada 2005 sebelum tersingkir karena gol kontroversial melawan Liverpool.
Kali ini, Mourinho tengah merancang strategi psikologis yang cermat—sebuah manuver yang bisa menjadi momen masterclass atau justru berbalik menjadi bencana.
Apakah ia akan menggelar konferensi pers provokatif sebelum pertandingan? Atau melontarkan komentar pedas tentang lawan? Mungkin meremehkan wasit yang ditunjuk untuk laga besar?
Ternyata tidak. Justru, Mourinho memilih pendekatan yang lebih personal, seperti yang ia ungkapkan dalam wawancara eksklusif untuk dokumenter BBC Sport Cara Memenangkan Liga Champions: Jose Mourinho.
Penyerang Inter, Samuel Eto’o, sangat ingin tampil dalam leg kedua babak 16 besar di Stamford Bridge. Mourinho sendiri menginginkan Eto’o bermain karena sang striker menjadi kunci keberhasilan tim sejak direkrut dari Barcelona musim panas sebelumnya. Namun, Mourinho yakin ia bisa memicu performa lebih baik dari Eto’o dengan mengatakan sebaliknya.
“Psikologi adalah bagian penting dari manajemen dan permainan dengan pemain,” kata Mourinho.
“Cara Anda menghadapi media tidak akan memenangkan pertandingan. Sama sekali tidak. Tapi, bagaimana dengan pemainnya? Ya. Dan selama karier saya, saya melatih ratusan pemain. Saya selalu melihat mereka sebagai individu yang unik.”
BACA JUGA: Menerka Nasib Dua Wakil La Liga di Leg 2 Perempat Final UCL
ETO’O
Ia kemudian memberikan contoh: “Ambil Samuel Eto’o—pria dengan mental sangat kuat. Seminggu sebelum laga di Stamford Bridge, saya terus-menerus menantangnya. Diskusi panas, tekanan besar. Saya bilang padanya, *’Saya tidak akan memainkanmu. Levelmu tidak cukup baik. Kamu tidak akan tampil.’*
“Dia membalas, ‘Tuan, tolong biarkan saya bermain.’*
“Saya tetap bersikeras, *’Tidak, tidak ada “tolong Tuan”—kamu tidak akan main. Saya tidak percaya kamu.’
“Itu adalah satu minggu kerja keras secara emosional bersamanya.”
Sepanjang kariernya, Mourinho terkenal dengan permainan psikologisnya sebelum pertandingan. Konferensi pers sering menjadi ajangnya untuk memulai pertarungan mental. Namun, kali ini, ia justru memfokuskan strateginya pada pemainnya sendiri, bukan lawan.
Lalu, bagaimana reaksi Eto’o?
“Samuel memenangkan pertandingan untuk kami di Stamford Bridge. Ia mencetak gol kemenangan dan bermain luar biasa,” kata Mourinho tentang aksi Eto’o yang mengantarkan Inter ke perempat final—dan akhirnya menjadi juara.
“Dia adalah orang yang tangguh, dan saya tahu dia akan merespons seperti itu.”
View this post on Instagram