Berusia 33 tahun pada Juni lalu, Mohamed Salah tetap bisa mendapatkan tawaran menggiurkan dari klub lain seandainya ia memilih hengkang. Kontraknya yang sebelumnya bernilai £350.000 per minggu seharusnya berakhir musim ini.
Bakat kelas dunia seperti Mohamed Salah, yang masih berada di puncak performa, pasti akan memicu minat raksasa-raksasa Eropa maupun Liga Pro Saudi—yang bahkan mungkin menganggapnya sebagai target utama mengingat popularitas globalnya.
Pada 24 November, setelah mencetak dua gol dalam kemenangan 3-2 atas Southampton, Salah mengungkapkan bahwa ia “lebih banyak bermain di luar daripada di dalam” di Liverpool dan belum menerima penawaran kontrak resmi. Sebelumnya, di September, ia sempat membuat fans khawatir dengan menyiratkan bahwa musim ini mungkin yang terakhir baginya di Anfield usai kemenangan 3-0 atas Manchester United.
Namun, akhirnya Salah memutuskan memperpanjang kontrak, melanjutkan kisah cintanya dengan Liverpool.
Bagi Fenway Sports Group (FSG), pemilik Liverpool, keputusan ini menegaskan komitmen mereka mempertahankan sang “Raja Mesir” sekaligus menandai pergeseran dari filosofi “Moneyball” yang sebelumnya membuat mereka enggan memberikan kontrak besar kepada pemain di atas 30 tahun. Performa dan kebugaran Salah membuatnya menjadi pengecualian.
Bagi Arne Slot, pelatih baru Liverpool yang berhasil melanjutkan warisan sukses Jurgen Klopp, kehadiran Salah memberi kepastian dalam merencanakan masa depan bersama salah satu bintang terbesar klub di era modern.
BACA JUGA: Gary Neville Bicara Debry Manchester dan Keadaan Liga Primer Secara Umum
BERBEDA
Situasi ini sangat berbeda dengan penampilan perdana Salah di hadapan fans Liverpool. Saat itu ia masih menjadi pemain Chelsea di bawah asuhan Jose Mourinho. Pada 27 April 2014, ia tampil dalam kekalahan 2-0 yang terkenal karena slip Steven Gerrard, yang menggagalkan peluang Liverpool meraih gelar Liga Primer.
Salah sempat menolak Liverpool demi Chelsea ketika pindah dari Basel empat bulan sebelumnya, namun gagal bersinar di Stamford Bridge—hanya mencetak dua gol dalam 19 penampilan. Bahkan, ia sempat mendapat sorakan ironis dari Kop saat menerima kartu kuning karena melanggar Raheem Sterling.
Kini, sorak-sorai itu telah berubah menjadi pujian. Salah mendapatkan kesempatan menulis babak baru dalam legenda Liverpool.
Dia tiba dengan reputasi sebagai pemain berbakat meski kerap banyak yang menilai kurang tajam di depan gawang. Namun, dedikasi dan kerja kerasnya tak pernah diragukan. Sejak usia 14 tahun, ia rela menempuh perjalanan empat jam dengan bus. Terkadang berganti hingga lima kali, dari rumahnya ke tempat latihan di Arab Contractors, lalu pulang dengan rute yang sama.
Liverpool segera menyadari bahwa mereka mendapatkan pemain dengan kecepatan, teknik, dan kemampuan mencetak serta menciptakan gol dari sayap kanan.
Sebagai pribadi, Salah dikenal rendah hati. Murat Yakin, pelatihnya di Basel, pernah mengatakan kepada BBC Sport tentang dampak awal Salah di Anfield: “Mo sangat rendah hati dan membumi. Di luar lapangan, ia simpatik. Tapi di lapangan, ia adalah pemimpin—cerdas dan agresif dalam cara yang baik.”
Setelah Salah mencetak gol spektakuler melawan Tottenham di Liga Europa 2013, Yakin berkomentar: “Jika Mohamed bisa mencetak gol seperti itu, dia tidak akan lama di sini.”
Prediksinya terbukti benar. Salah pindah ke Chelsea, tapi hanya bermain 530 menit di liga sebelum klub meminjamkannya ke Fiorentina dan Roma. Setelah menetap di Roma, ia akhirnya menemukan rumah sejatinya di Liverpool—tempat di mana namanya kini diukir dalam sejarah.
View this post on Instagram